Menjadi
dewasa adalah pasti, tahap dimana kita berkembang. Kita bukan lagi anak-anak
yang tugasnya adalah merancang, kita juga bukanlah lansia dimana seharusnya
menikmati hasil. Dan, Ketika satu tahap telah terlewati, masih adakah sisa-sisa
yang terlewat?
Sebuah
pertanyaan sederhana datang padaku sejak aku masuk TK atau mungkin sebelum itu,
pertanyaan yang membutuhkan jawaban sederhana pula.
“Apa
cita-citamu setelah besar nanti, Nak?”
“Aku
ingin menjadi .....”
Aku
rasa semua anak di Indonesia sudah pernah mendapatkan pertanyaan itu. Jujur saja, cita-citaku ketika kecil berubah
sesuai dengan waktu, sesuai dengan apa yang aku tonton di TV, aku pernah ingin
mempunyai kekuatan bulan seperti Sailor Moon. Sesuai dengan apa yang
sepupu-sepupuku ceritakan, dan sesuai dengan apa yang teman-temanku sukai.
Lambat laun, cita-citaku berubah dipengaruhi oleh kemampuanku, baik akademik
maupun non akademik. Melihat nenekku yang seorang guru SD membuatku ingin
menjadi guru. Diwaktu yang sama akupun ingin menjadi arsitek seperti ayahku
yang bekerja sebagai kontraktor. Namun, semua berubah ketika aku tak mempunyai
bakat dibidang eksakta. Melalu tahap panjang lalu kuketahui kalau bakatku ada
dibidang bahasa. Mempunyai kemampuan membaca, menulis, bercerita dan berbicara
yang baik dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing membuatku
ingin untuk mengembangkannya. Kuterjunkan diriku dalam jurusan bahasa sewaktu
SMA dan kuliah. Bahkan, tak tanggung-tanggung kupilih dua bidang kesukaan dan
kemampuan yang aku punya sewaktu kuliah. Jurusan keguruan dibidang bahasa pun
kupilih dan telah kuselesaikan tepat empat tahun. Dan kini, pertanyaannya pun
berubah?
“Sudahkah
kau menjadi seperti apa yang dulu kau cita-citakan?”
Jawabku, “Belum.”
Meskipun tahap
perencanaan yang kualami saat anak-anak dan remaja telah kulalui, dan saat ini
aku berada pada tahap pengembangan namun aku belum juga menggapai cita-citaku
itu, aku masih berjuang untuk mendapatkannya. Meski kini aku bekerja sesuai
dengan apa yang aku kuasai, tapi aku masih merasa masih belum mendapatkan
cita-citaku. Agak sedikit berlebihan jika kukatakan aku akan berjuang sekuat
tenaga untuk mendapatkannya. Namun, ya itu kenyataannya, sampai saat ini ketika
usiaku tidak remaja lagi, bahkan aku kini sudah menyandang gelar Istri, aku
masih berjuang untuk menjadi seperti apa yang aku cita-citakan sewaktu kecil,
menjadi guru.